Monthly Archives: Juli 2010

Minum Kopi Coy…

Minum Kopi Tak Ganggu Prostat
Kamis, 22 Juli 2010 | 17:56 WIB

Kompas.com – Pria pencinta kopi tak perlu khawatir lagi hobinya menyeruput kopi bakal mengganggu kesehatan prostatnya. Laporan studi terbaru menunjukkan tidak ada kaitan antara kopi dengan risiko kanker prostat.

Dalam sebuah analisa terhadap lusinan studi mengenai kebiasaan ngopi dan risiko kanker prostat, para peneliti menyimpulkan tidak ditemukan bukti yang cukup kuat antara kopi dengan penyakit yang jadi momok kaum pria itu.

Sebelumnya beberapa penelitian menunjukkan adanya kaitan antara kebiasaan minum kopi dengan beberapa kanker, meski ada juga penelitian yang menyebutkan kopi justru mengurangi risiko kanker. Dalam studi yang dipublikasikan bulan lalu misalnya, ditemukan bahwa kopi akan mengurangi risiko kanker di bagian kepala dan leher.

Sementara itu studi mengenai kopi dan kanker prostat tidak menunjukkan kesimpulan yang meyakinkan. Karena ada studi yang menunjukkan kaitan, namun ada pula studi yang mengatakan minum kopi tak berpengaruh pada munculnya kanker prostat.

Pada analisa studi yang dilakukan tim adari Korea Selatan ini disebutkan bahwa sejauh ini tidak ditemukan bukti yang kuat. Justru, kafein dalam kpi memiliki efek positif dan negatif terhadap risiko kanker. Dalam studi terhadap hewan percobaan diketahui kafein justru menekan pertumbuhan tumor.

Alih-alih mengerem kebiasaan ngopi, para ahli memberi rekomendasi cara untuk mengurangi risiko terkena penyakit ini. Antara lain menurunkan kolesterol, mengurangi asupan lemak, memperbanyak sayuran, serta membatasi alkohol.

Penulis: AN | Editor: Anna | Sumber : reuters

Susahnya Merokok

Di Brunei Merokok Harus Sembunyi
Jumat, 23 Juli 2010 | 02:00 WIB

BANDAR SERI BEGAWAN, KOMPAS.com — Rokok bagi sebagian penyair Indonesia telah menjadi sahabat sejati, turut menemani ke mana pun sang tuan pergi. Juga saat penyair-penyair itu melancong ke negeri jiran untuk mengikuti Pertemuan Penyair Nusantara IV di Bandar Seri Begawan, Brunei, tanggal 16 -19 Juli.

Namun, di Negeri Sultan Hassanal Bokiah itu, ternyata rokok menjadi barang yang amat dibatasi sehingga, jikalau para penyair hendak merokok, mereka harus sembunyi.

“Tolong kalau merokok sembunyi-sembunyi sebab, kalau tertangkap polisi, bisa kena denda,” kata salah seorang panitia PPN ke-IV Brunei, Dony (34), yang menjemput Antara dan sejumlah penyair asal Jawa Timur.

Negara Brunei, di bawah kepemimpinan Sultan Haji Hassanal Bolkiah, mulai mengeluarkan larangan merokok secara serius paling tidak sejak tiga tahun lalu.

Menurut Dony, juga sopir kendaraan dari Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, Haji Rahim (52), perokok yang tertangkap untuk pertama kali dikenai denda 150 ringgit atau sekitar Rp 975.000.

Kalau perokok itu tertangkap lagi untuk kedua kalinya, ia dihukum denda 300 ringgit atau Rp 1,9 juta lebih, dan, jika tertangkap untuk ketiga kalinya, ia dikenakan denda 1.000 ringgit atau Rp 6,5 juta. Mendengar penjelasan itu, sejumlah penyair asal Indonesia pun ciut nyalinya.

Larangan merokok dengan sanksi denda itu cukup membawa dampak kepada sejumlah supermarket atau toko di wilayah setempat. Dengan diantar Haji Hasim, Antara berusaha mencari rokok di sejumlah supermarket yang biasa menjual rokok.

Di supermarket kelima, baru bisa ditemukan penjual rokok; kebanyakan rokok putih dan mild produk Indonesia dan luar negeri. Di sebuah mini market, penjual menempatkan rokok di balik lemari, tidak dijual secara terang-terangan.

Menurut Haji Rahim, penjual rokok di mini market tersebut, ia sebenarnya juga sudah menyalahi ketentuan yang dikeluarkan atas larangan merokok. Alasannya, lokasi mini market tersebut hanya berjarak tidak lebih dari 100 meter dari balai polisi dan sekolah.

“Menjual masih diperbolehkan, harus izin secara resmi,” ujarnya.

Haji Rahim mengaku, di sejumlah mini market yang kami kunjungi tersebut sekitar tiga bulan yang lalu sebenarnya masih menjual rokok.

“Kalau sekarang tidak menjual rokok lagi, saya juga baru tahu,” ucapnya dengan nada bersungguh-sungguh.

Meski bisa mendapatkan rokok, dalam kegiatan PPN IV cukup merepotkan para penyair asal Indonesia yang memiliki kebiasaan merokok. Seorang penyair asal Bojonegoro, Jawa Timur, Agus Sigro (35) dan Didik Wahyudi (32), menyatakan tetap nekad merokok.

“Di Brunei, merokok rasanya seperti sedang melakukan perbuatan jahat,” seloroh Agus Sigro sambil tersenyum.

Karena ada larangan itu, para penyair Indonesia terpaksa merokok dengan sembunyi-sembunyi, kecuali ketika berada di penginapan. Di tempat penginapan, mulai di Pusat Belia, Grand City Hotel, hingga di Hotel Galery, bisa merokok di dalam kamar.

Kegiatan PPN IV diikuti 132 penyair asal Indonesia, 2 penyair asal Thailand, 25 penyair asal Malaysia, dan sekitar 75 penyair setempat. Sebagian di antaranya memiliki kebiasaan merokok.

Di lokasi acara, di Radio Televisyen Brunei, para penyair Indonesia harus merokok keluar ruangan mencari tempat yang tersembunyi, seperti semak-semak. Itupun mereka tetap waspada, sesekali berjaga melihat kemungkinan ada polisi datang.

“Sebenarnya larangan merokok jaraknya harus lima meter dari bangunan atau tempat umum,” kata Dony menjelaskan.

Larangan merokok tersebut dampaknya mulai terlihat di sejumlah wilayah perkotaan di Bandar Seri Begawan. Hanya saja, larangan merokok tersebut belum terlalu berpengaruh di wilayah pedesaan, di antaranya di tempat wisata Jerudong, sekitar 20 kilometer dari Brunei; di kawasan wisata hutan Shahbandar juga di Jerudong, dan kawasan wisata di Kampung Air.

“Kalau di sini, larangan merokok belum terlalu kuat, entah nanti,” kata Mohammad Kasim, penjual ikan laut asal Kediri di Pasar Jerudong dengan tersenyum.

Di Brunei, sebagaimana diungkapkan Setiausaha Bersama PPN IV Mohd.Zefri Ariff, adanya larangan merokok di wilayah setempat tidak merugikan warga. Alasannya, daerah yang berpenduduk sekitar 400.000 jiwa dengan luas wilayah 5.567 kilometer persegi itu tidak memiliki petani tembakau atau industri rokok.

“Semua rokok di sini impor, juga beras yang kami datangkan dari Thailand,” kata Guru Besar Universitas Brunei Darussalam itu mengungkapkan.

Penulis: JY | Editor: jodhi | Sumber : ANT

Makin banyak duduk, makin pendek umur

Makin Banyak Duduk, Makin Pendek Umur
Sabtu, 24 Juli 2010 | 09:36 WIB

Kompas.com – Ingin sehat dan berumur panjang? Bergeraklah. Makin banyak seseorang melakukan gaya hidup sedentari yang berarti lebih banyak duduk, makin pendek usia mereka. Peringatan ini disampaikan para ahli setelah melakukan penelitian terhadap lebih dari 12.000 orang dewasa di Amerika.

Ini berarti kita memang harus terus aktif dan bergerak. “Pesan dari hasil penelitian ini adalah orang harus memahami bahwa semua hal yang dilakukan setiap hari memiliki konsekuensi. Bila pekerjaan mengharuskan Anda banyak duduk, tidak apa, tapi imbangi dengan aktivitas fisik yang mengeluarkan energi,” kata Dr.Jay Brooks, ahli hematologi dan onkologi.

Manfaat menyehatkan dari kegiatan olahraga bagi orang yang kegemukan sudah lama didokumentasikan. Namun efek dari kebiasaan terlalu banyak duduk kurang diungkap. Beberapa penelitian memang menunjukkan kaitan antara durasi duduk dengan penyakit diabetes atau jantung. Namun belum ada yang secara khusus melihat kaitan antara mortalitas dan kebiasaan terlalu lama duduk.

Dalam studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology, para ahli menganalisa jawaban kuesioner yang diisi olehlebih dari 123.216 orang yang tidak punya riwayat penyakit. Mereka berpartisipasi dalam sutdi Cancer Prevention II. Para peneliti mengikuti kesehatan para responden selama 14 tahun sejak tahun 1993.

Selama kurun waktu penelitian, mayoritas partisipan meninggal karena penyakit jantung daripada kanker. Setelah mempertimbangkan berbagai faktor risiko, termasuk indeks massa tubuh dan merokok, wanita yang menghabiskan 6 jam sehari untuk duduk memiliki risiko kematian 37 persen lebih tinggi dibanding rekannya yang duduk 3 jam.

Secara umum diketahui orang-orang yang terlalu banyak duduk dan tidak pernah berolahraga memiliki risiko kematian lebih tinggi lagi, yakni 94 persen pada wanita dan 48 persen pada pria. Olahraga teratur, bahkan yang dilakukan sebentar, akan mengurangi risiko kematian akibat kebiasaan duduk lama tadi.

“Semakin lama Anda duduk, makin sedikit energi yang dipakai. Hal ini lama-lama bisa menyebabkan kegemukan dan berpengaruh pada metabolisme,” kata Dr.Alpa Patel, ahli epidemiologi dari American Cancer Society.

Ia menambahkan, otot tubuh, terutama otot kaki, jika jarang dipakai akan merangsang atau menekan beberapa hormon yang berpengaruh pada trigliserida, kolesterol yang berujung pada meningkatnya risiko penyakit jantung.

Penulis: AN | Editor: Anna | Sumber : Healthday News

“Sembahyang Rerumputan”

Walau kau bungkam suara Adzan

walau kau gusur rumah-rumah Tuhan

aku rumputan

takkan berhenti sembahyang

“inna shalaati wa nusuki

wa mahyaaya wa mamaati

lillahi rabbil ‘alamin”

Topan menyapu hias padang

tubuhku bergoyang-goyang

tapi tetap teguh dalam sembahyang

akarku yang mengurat di bumi

tak berhenti mengucap Shalawat Nabi

sembayangku sembahyang rumputan

sembahyang penyerahan jiwa dan badan

yang rindu berbaring di pangkuan Tuhan

sembahyang penyerahan habis-habisan

Walau kau tebang aku

akan tumbuh sebagai rumput baru

walau kau bakar daun-daunku akan bersemi melebihi dulu

Aku rumputan

kekasih Tuhan

di kota-kota disingkirkan

alam memeliharaku subur di hutan

Aku rumputan

tak pernah lupa sembahyang

: Sesungguhnya Shalatku dan Ibadahku

hidup dan matiku hanyalah

bagi Allah tuhan alam

Pada kambing dan kerbau

daun-daun hijau kupersembahkan

pada tanah akar kupertahankan

agar tak kehilangan asal keberadaan

di bumi terendah aku berada

tapi Dzikirku menggema

menggetarkan jagat raya

: “La ilaaha illallah

Muhammadar Rasulullah”

Aku rumputan

kekasih Tuhan seluruh gerakku

adalah sembahyang

1992

oleh : “Ahmadun Yossi Herfanda”